Thursday, September 8, 2011

20 Pemanah Siap Bersaing

Selekda Tim Pra-PON Jateng

Di SOLO.  Sebanyak 20 pemanah akan bersaing ketat pada selekda tim Pra-PON Jateng. Mereka akan memperebutkan 12 tiket yang bakal lolos menjadi anggota tim Jateng yang dipersiapkan ke babak kualifikasi PON, pertengahan Desember mendatang.

 Seleksi yang merupakan tahap akhir ini berlangsung mulai Kamis hari ini hingga Jumat besok (8-9/9) di Stadion UNS Solo.

”Seleksi selama dua hari dengan jadwal kualifikasi pada hari pertama besok dan babak aduan untuk hari kedua,” kata Ketua Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pengprov Perpani Jateng Ismaryati saat ditemui di sela-sela uji lapangan, Rabu (7/9) siang.

Dari komposisi atlet yang ikut seleksi, nanti bakal diambil 12 atlet yang berhak mengikuti Pra-PON. Panitia seleksi pun bakal berpikir keras menyaring dari seluruh 20 pemanah yang mengikuti seleksi.

”Saat ini ada 20 pemanah yang terdiri enam atlet putra-putri di nomor nasional dan empat atlet putra-putri di ronde FITA recurve. Semuanya akan diambil masing-masing tiga atlet di setiap kelompok dan nomor, hingga total menjadi 12 atlet,” tutur wanita yang juga Ketua Umum Pengkot Perpani Surakarta ini.

Johan Prasetyo
Sejatinya, lanjut dia, untuk ronde FITA recurve ada tambahan satu pemanah lagi yang sudah dipastikan masuk tim PON Jateng yakni Johan Prasetyo. Hal ini didasarkan prestasi Johan yang merupakan atlet Kota Solo itu yang menjadi satu-satunya pemanah asal Jateng yang masuk dalam pelatnas SEA Games 2011.

Ismaryati menambahkan, selain dua nomor lomba itu, dalam Pra-PON nanti juga akan digelar satu nomor lagi yakni compond. Nomor yang merupakan peralihan dari ronde tradisonal ini diikuti tujuh atlet putra dan empat atlet putri. ”Compond termasuk nomor eksebisi meski di Pra-PON tetap dilombakan. Makanya khusus nomor ini tidak ada seleksi,” tambahnya.

Dilombakannya nomor compond pada babak kualifikasi nanti ternyata juga membuat pusing kepada sejumlah pemanah. Sebab, atlet Jateng yang turun di nomor ini rata-rata harus beradaptasi karena mereka awalnya adalah pemanah spesialisasi ronde tradisional.

”Ya harus penyesuaian dahulu. Tapi mau bagaimana lagi, nomor ini (compond-Red) tetap dilombakan setelah nomor tradisional dihilangkan,” sambung Heri Febrianto, salah satu pemanah asal Klaten yang turun di nomor compond.