Saturday, September 24, 2011

33 Tahun Perjalanan Karier Fariz RM

Sudah Hasilkan 1.768 Lagu, 
Akan Luncurkan ”Fenomena”
Menginjak usia 52 tahun, Fariz RM masih aktif berkarya di dunia musik Indonesia. Tak hanya intens berkomunikasi dengan fans yang loyal mengikutinya sejak era 1980-an, dia juga berusaha merangkul penggemar baru.

Jemari lelaki kurus berkemeja putih dan bercelana hitam itu memencet-mencet tuts keyboard M-Audio seri Oxygen88 di tengah panggung Plasa Taman Sriwedari, Jumat (23/9). Sesekali dia bermain nada dengan tempo cepat, menunjukkan kualitasnya sebagai pemusik kawakan Indonesia.

Tak lama kemudian, lagu ”Penari” dan ”Selangkah ke Seberang” mengalun. Fariz RM, si pemilik lagu, menyanyikannya dengan prima.

Siang itu, Fariz melakukan tes sound. Dia dijadwalkan tampil dalam Solo City Jazz (SCJ) 2011 pada malam hari. Permainan keyboard dan vokal pria berumur 52 tahun ini berpadu dengan musik yang dimainkan tiga musisi pengiring, yakni Jantan (drum), Fian (bas) dan Rio (keyboard, sound programmer).

Acara soundcheck itu seolah menjadi prapertunjukan sebelum Fariz tampil di panggung sebenarnya. Dua lagu itu dinyanyikan secara penuh, laiknya dalam konser. Hanya panitia SCJ 2011 dan segelintir orang yang kebetulan lewat atau berada di sekitar plasa yang beruntung menyaksikannya. Lebih beruntung lagi, karena sebagian dari mereka yang ternyata penggemar berat Fariz RM, bisa foto bersama setelah sang bintang turun dari panggung.

Dengan ramah, pemilik nama lengkap Fariz Rustam Munaf itu melayani mereka satu per satu. Dengan kacamata hitam di wajah, senyumnya terkembang.

Sebelum tes sound, Fariz bertutur mengenai perjalanannya di dunia musik Tanah Air. Termasuk bercerita tentang album baru berjudul Fenomena yang bakal rilis dalam waktu dekat.

Kariernya dimulai pada 1977, saat ia terlibat dalam proyek Badai Pasti Berlalu. Dalam album yang ditasbihkan sebagai peringkat pertama dari 150 Album Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia, Fariz memainkan drum.

Dalam perkembangannya, dia menjelma menjadi salah satu musisi terproduktif. ”Saya punya 179 album musik, baik yang solo karier maupun bersama band atau proyek musik lain. Album solo karier ada 23. Total karya sebanyak 1.768 buah. Itu dihasilkan selama 33 tahun berkarier di dunia musik,” ungkapnya.

Pada akhir 1970-an dan sepanjang dekade 1980-an, Fariz merupakan salah satu pemusik paling moncer di Indonesia. Dia terlibat dalam berbagai proyek musik. Dari album-albumnya, lahirlah bermacam-macam hits.

”Sakura” dan ”Barcelona” adalah dua lagu terpopuler yang masih sering diputar oleh penikmat musik pop. Keduanya juga lagu wajib yang harus dimainkan saat Fariz manggung.

Ada juga ”Nada Kasih”, lagu duetnya dengan Neno Warisman. Kemudian ”Iman dan Godaan”.

Hingga memasuki 1990-an, nama Fariz seolah meredup. Meski masih berkarya dan menelurkan album, tak banyak hits yang terlahir lagi.

Pada 1997, dia mengeluarkan album Dongeng Negeri Cinta yang menelurkan hits ”Batas Rindu”. ”Album itu cukup laku, sampai 200.000 keping. Cuma memang butuh waktu lama, tidak langsung meledak,” kenang dia.

Di Belakang Layar

Memasuki era 2000-an, Fariz terkesan menghilang dari dunia musik yang membesarkan namanya. Tak banyak lagi karya yang ditelurkan. Pada 2001, dia melempar album Dua Dekade yang merupakan kompilasi lagu-lagu terbaik.

Lalu pada 2007, dia melahirkan album Curse on Cosmic Avenue yang hanya bisa diunduh di internet. Tahun ini, dia akan meluncurkan album Fenomena yang melibatkan sejumlah musisi muda.

Fariz membantah adanya kesan menghilang dari dunia musik di era milenium. ”Dalam 10 tahun terakhir, saya lebih banyak di belakang layar. Juga ada kesibukan lain di Fariz RM Production yang bekerja di dunia multimedia dan entertainment. Saya juga aktif di broadcast dan sering menjadi dosen tamu di sejumlah universitas,” jelasnya.

Dia juga tetap terlibat dalam sejumlah proyek musik. Di antaranya menggarap beberapa ilustrasi musik film dokumenter untuk Discovery Channel dan National Geographic. Kesibukan itu menyita waktu Fariz untuk membuat album baru.

”Soal manggung, saya masih rutin kok. Sebulan paling tidak delapan sampai 10 kali manggung di berbagai kota,” imbuh dia.

Fariz baru saja pulang dari Australia untuk konser di Brisbane, Melbourne, dan Perth atas undangan masyarakat Indonesia yang tinggal di sana. Sepulang dari Negeri Kanguru, dia terbang ke Makassar untuk pentas di sana.

Dari Makassar, berlanjut ke Solo di ajang SCJ. Setelah tampil di Solo, Fariz harus langsung balik ke Jakarta karena sudah ada jadwal manggung.

Seiring kesibukannya, Fariz menjadi satu-satunya pemusik Indonesia era 1980-an yang memiliki jadwal pentas padat. Beberapa lainnya memang masih manggung, tapi tidak sebanyak Fariz.

”Itu beban terberat saya sekarang karena menjadi satu-satunya ikon 1980-an yang masih aktif. Ada beberapa yang masih tampil, tapi yang aktif cuma saya, manggung dan bikin album baru. Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun masih manggung, tapi tidak membuat album,” jelas dia.

Meski berat, namun Fariz enjoy menjalaninya. Meski usia tak lagi muda, kondisi fisiknya masih kuat untuk keliling dari panggung ke panggung.

Ketangguhan Fariz juga tak terlepas dari semangat yang diberikan fans yang loyal. Para penggemar beratnya itu sering berinteraksi lewat jejaring sosial Facebook dan Twitter untuk mengapresiasi karya-karya suami Oneng Diana Riyadini ini.

”Saya memang tak punya akun Facebook dan Twitter, jadi tidak berinteraksi langsung di media itu dengan penggemar. Tetapi ada Komunitas Fantastic yang mengelola,” ungkapnya.

Komunitas Fantastic sering dilibatkan Fariz dalam membuat konsep panggung jika dia menggelar konser di suatu kota. Namun, Fariz juga tak lupa merangkul pendengar baru.

Salah satunya, ya, dengan meluncurkan album Fenomena. Dalam album ini, Fariz menggandeng beberapa pemusik muda seperti Glenn Fredly, Pongky Bharata, dan Barry Likumahuwa. Dia berharap kerja sama mereka menjadi magnet bagi pendengar muda untuk mengapresiasi lagu-lagu Fariz.

”Saya hidup dari fans yang loyal. Sekarang ini, Fariz RM seolah menjadi tontonan keluarga. Tidak sedikit generasi muda yang tahu lagu-lagu saya karena mereka nonton saya tampil televisi bersama ayah atau ibunya.”