Sunday, September 11, 2011

Mengharap Berkah, Tak Kenal Lelah

Kirab Dewa Bumi Hok Tik Cing Sien 

Meski disertai hembusan napas yang sedikit tersengal, wajah Yuniati tetap memperlihatkan senyum pertanda rasa puas.

"Akhirnya selesai juga. Untungnya pundak saya nggak merasa pegal tadi," terang wanita berpostur sedikit gemuk ini.



Dijumpai usai prosesi Kirab Dewa Bumi atau Kongco Hok Tik Cing Sien di Kelenteng Tien Kok Sie, Minggu (11/9), Yuniati memang nampak berpeluh keringat.

Rute kirab sejauh tiga kilometer yang melewati beberapa ruas jalan seperti Jalan RE Martadinata, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Ir Juanda, dan Jalan Urip Sumoharjo memang menguras tenaga perempuan berusia 40 tahunan tersebut. Belum lagi tugas memanggul tandu rupang (patung) sang dewa di sebagian rute kirab, sudah cukup melelahkannya.

"Saya sudah tiga kali ikut memanggul rupang Dewa Bumi. Dan setiap kali melakukannya, nggak tahu kenapa kok badan ini rasanya seperti tidak mengenal lelah. Mungkin karena selalu berharap berkah, sehingga badan ini rasanya seperti dikuatkan," terang dia.

Bagi warga etnis Tionghoa, kirab Hok Tik Cing Sien dimaksudkan sebagai wujud syukur mereka atas kemakmuran dan kesejahteraan yang diperoleh selama mengolah seluruh hasil bumi. Tak jarang kirab tersebut diyakini bakal mendatangkan berkah keselamatan bagi mereka.

Tak Lurus

Karenanya, bukan tidak mungkin, semangat mengharap berkah itulah yang akhirnya menyingkirkan rasa lelah para peserta kirab, termasuk puluhan pria dan wanita yang mengusung tandu rupang Dewa Bumi, Kong Tek Cun Ong (Maha Dewa Pengusir Kejahatan) dan Maha Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih), secara bergantian.

"Memang, ada yang percaya akan hal itu. Seperti juga keyakinan adanya kekuatan lain di luar manusia yang menyertai prosesi kirab, sehingga rupang Hok Tik Cing Sien tidak bisa berjalan lurus ketika diusung. Tapi prinsipnya, semuanya ini adalah bentuk ucapan terima kasih kepada bumi yang selalu melindungi dan memberikan kesejahteraan bagi manusia," jelas Wakil Humas Kelenteng, Lian Hong Siang.

Ditambahkan, kegiatan yang diikuti ratusan orang tersebut juga digelar untuk menyambut perayaan Tiong Ciu, yang jatuh setiap tanggal 15 bulan delapan menurut tahun Imlek.

Karenanya, selain terdapat sesaji khusus berupa kue Tiong Ciu Pia, mereka juga melakukan prosesi persembahan kepada Dewi Bulan sebelum memulai prosesi kirab.