Saturday, September 10, 2011

Kedubes Israel Diserbu

KAIRO
Duta Besar Israel Yitzhak Levanon kemarin meninggalkan Kairo setelah para pengunjuk rasa menyerbu Kedubes Israel di Ibu Kota Mesir tersebut. Pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan aparat keamanan Jumat 9 September 2011 malam waktu setempat dan mengakibatkan tiga orang tewas serta 1.049 lainnya luka-luka. 

Ini merupakan krisis diplomatik terburuk yang dialami para penguasa militer Mesir sejak mereka mengambil alih kekuasaan dari tangan Hosni Mubarak beberapa bulan lalu. Selama puluhan tahun, hubungan Mesir dan Israel terjalin cukup baik.



Amerika Serikat, yang mengucurkan miliaran dolar dalam bentuk bantuan militer ke Mesir sejak negara itu menjalin kesepakatan damai dengan Israel pada 1979, mendesak Kairo melindungi kedubes tersebut setelah para demonstran mengobrak-abrik dokumen dan mengeluarkannya melalui jendela gedung.

Batu, puing-puing bangunan, dan selongsong peluru berserakan di jalan-jalan sekitar kompleks kedubes tersebut.

“Kewibawaan kami telah kembali. Kami tidak butuh uang Amerika,” teriak Mohi Alaa (24), seorang pengunjuk rasa, yang berbicara di dekat lokasi kejadian. Ungkapan itu mengekspresikan kemarahan warga Mesir terhadap Israel dan AS akibat perlakuan Israel terhadap Palestina selama ini.

Polisi melancarkan tembakan ke udara dan melepaskan gas pemedih mata untuk membubarkan massa yang membakar ban-ban bekas di jalanan.

Sedikitnya, dua kendaraan dibakar di dekat kompleks kedubes yang terletak di lantai atas sebuah blok residensial yang mengarah ke Sungai Nil.

Sebelum menyerbu kedubes, para demonstran berusaha menyerang sebuah kompleks kantor polisi, membakar empat kendaraan dan sebuah gedung publik. Bentrok dengan aparat menyebabkan tiga orang twas, salah seorang di antaranya terlihat dibaringkan di RS Agouza, tak jauh dari lokasi kejadian dengan luka di bagian dada.

Bertahan

Sekitar 500 pengunjuk rasa masih bertahan di lokasi kejadian hingga Sabtu pagi kemarin. Sebagian di antara mereka melempari polisi dengan batu.

Insiden tersebut merupakan aksi kekerasan besar yang menodai hubungan Israel-Mesir setelah lima penjaga perbatasan Mesir terbunuh bulan lalu ketika Israel berusaha mengusir para penyusup Palestina. Waktu itu, Mesir langsung mengancam akan menarik dubesnya dari Israel.

Dubes Israel Yitzhak Levanon, para staf, dan anggota keluarga mendarat di Israel pada Sabtu kemarin dengan pesawat terbang, namun seorang diplomat tetap tinggal di Kairo untuk mengurus kantor kedubes.

Televisi pemerintah Mesir menyebutkan, PM Essam Sharaf mengadakan sidang daurat dengan kabinet dan kemudian menemui Mohamed Hussein Tantawi yang mengepalai Dewan Militer yang memegang pucuk pemerintahan sejak Mubarak lengser 11 Februari lalu.

Posisi Israel semakin tersudut karena akhir-akhir berselisih dengan sejumlah negara di Timur Tengah yang selama ini bersimpati dengan negara Zionis tersebut. Hubungannya dengan Turki juga telah merenggang akibat insiden kapal kemanusiaan yang berusaha membantu rakyat Palestina.

Para penguasa militer Mesir harus memperhatikan permintaan publik yang menginginkan kebijakan luar negeri yang lebih tegas terhadap Israel. Di bawah pemerintahan Mubarak, rakyat Mesir tidak bisa sebebas mengekspresikan permusuhan semacam itu terhadap Israel.

Presiden AS Barack Obama meminta Mesir memenuhi “kewajiban internasionalnya” dan melindungi kepentingan Israel di negara itu. Kepada PM Israel Benjamin Netanyahu, Obama menyatakan bahwa Washington akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi situasi tersebut.