Wednesday, February 22, 2012

Andi Mengakui Pernah Temui Nazar di Arcadia

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng mengakui pernah bertemu anggota Komisi X (Bidang Olahraga) DPR dan Muhammad Nazaruddin {yang bukan dari Komisi X} di Restoran Arcadia, Jakarta.

Namun Andi membantah pertemuan tersebut terkait dengan proyek Wisma Atlet dan kompleks olahraga Hambalang di Sentul, Bogor, Jabar.

Dalam pertemuan pada sekitar Maret 2010 itu, Andi mengakui bertemu dengan Ketua Komisi X Mahyuddin NS, Angelina Sondakh, dan Nazaruddin.

Ada juga pimpinan Badan Anggaran DPR Mirwan Amir. Pertemuan dilakukan malam hari. Semua nama yang disebut itu merupakan kader Partai Demokrat, termasuk Andi.

“Waktu itu saya diminta bertemu dengan teman-teman Komisi X DPR, ada Ketua Komisi X Pak Mahyudin dan beberapa yang lain,” kata Andi Mallarangeng saat menjadi saksi dengan terdakwa Nazaruddin di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (22/2).

Menurut Andi, sebenarnya saat itu dia tidak bisa mendatangi pertemuan tersebut karena ada agenda lain. Namun setelah acara yang diikutinya selesai, Andi kembali dikontak dan diminta datang ke Restoran Arcadia.

“Saya tiba pukul 21.30, menghormati rekan Komisi X. Saya kemudian bertemu, ada Mahyudin, Angelina, terdakwa juga,” tambahnya.

Ketika ditanya oleh tim jaksa dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tentang kehadiran Nazar yang bukan anggota Komisi X, melainkan Komisi III (Bidang Hukum) dalam pertemuan tersebut, Andi menjawab tidak tahu.

“Angelina dari Komisi X, kok terdakwa yang bukan Komisi X ada di sana?” tanya ketua tim jaksa KPK, I Kadek Wiradana.

“Nggak tahu,” jawab Andi.

Sebelumnya, Nazar menceritakan bahwa pada awal Maret 2010 ada pertemuan antara dirinya dengan Andi Mallarangeng di Restoran Arcadia sekitar pukul 22.00. Nazar mengaku datang lebih awal sekitar pukul 19.00.

Di Arcadia, dia bertemu Sekretaris Menpora Wafid Muharram dan Direktur PT Anak Negeri, Mindo Rosalina Manullang. Nazar mengaku diajak bicara tentang proyek kompleks olahraga Hambalang.

Andi juga membantah pernah meminta mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu untuk mengurus proyek Hambalang. Menurutnya, Nazar juga tidak pernah secara khusus melaporkan soal sertifikat tanah Hambalang kepada dirinya.

“Saya tidak pernah minta Nazar mengurus Hambalang,” kata Andi kepada majelis hakim.

Andi mengaku telah mengetahui rampungnya pembuatan sertifikat tanah Hambalang jauh sebelum diberitahu Nazaruddin dalam pertemuan di kantornya pada Januari 2010.

’’Saya tahu (sertifikat Hambalang) sejak beberapa hari sebelumnya. Sudah sekian tahun diurus dan saya sudah tahu (selesai). Reaksi saya, saya anggap itu bukan info baru,’’ kata Andi.

Menpora tiba di Pengadilan Tipikor Jakarta sekitar pukul 09.15, mengenakan kemeja batik lengan panjang warna cokelat dan celana panjang hitam. Andi diantar mobil sedan hitam bernomor polisi B-1705-RFS. Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat ini dikawal oleh beberapa orang ajudan.

Terkait pertemuan dengan sejumlah anggota DPR di kantornya, Andi pun mengakuinya. Namun dia mengatakan bahwa kedatangan para wakil rakyat itu bukan membicarakan proyek, melainkan untuk silaturahmi biasa.

Mereka, menurut Andi, ingin memberikan ucapan selamat karena dirinya diangkat menjadi Menpora. Tapi Andi kemudian meralat keterangan itu setelah dicerca hakim.

“Anda dilantik kapan?” tanya hakim anggota Marsudin Nainggolan kepada Andi. Mendapat pertanyaan ini, Andi menjawab dilantik bulan Oktober 2009.

“(Pertemuan) Itu kan Februari 2010, apa tidak terlalu lama memberi ucapan selamat?” cecar Marsudin.

Dengan sedikit gagap, Andi membela diri dengan mengatakan bahwa sejak dilantik hingga akhir 2009 dia banyak kegiatan. Andi mengaku tidak punya cukup waktu untuk bersilaturahmi dengan koleganya di Partai Demokrat.

“Karena saya terus pergi, baru sempat ketemu. Waktu itu saya baru pulang dari SEA Games. Kedatangan mereka untuk memberikan ucapan selamat karena peringkat kita naik di (SEA Games) Laos. Bukan selamat jadi menteri,” kilah Andi meralat pernyataan sebelumnya.




Silaturahmi_, Dalam pertemuan ini, menurut Andi, anggota DPR yang hadir adalah Mahyudin, Angelina Sondakh, dan Nazaruddin. Dari ketiga orang itu, hanya Nazar yang tidak memiliki korelasi dengan Kemenpora maupun Komisi X yang mengurusi bidang olahraga. Saat disinggung mengenai kehadiran Nazar dalam pertemuan, Andi mengaku sungkan untuk menolak.

“Karena silaturahmi, saya tidak bisa menolak (Nazar),” kilah Andi.

Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat itu menambahkan, Wafid Muharam juga hadir dalam pertemuan.

Andi juga membantah pernah menerima sumbangan Rp150 juta dari mantan anak buah Nazaruddin, Mindo Rosalina Manullang. Dia menegaskan, pihaknya tidak pernah menerima dana bantuan kampanye dari Permai Group dalam kongres pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat di Bandung tahun 2010.

’’Saya tidak tahu dan tidak pernah meminta,’’ tegas Andi.

Atas bantahan Andi, ketua majelis hakim Dharnawati Ningsih lantas membacakan kesaksian eks Wakil Direktur Keuangan Permai Group, Yulianis. Yulianis menyebutkan bahwa perusahaannya menyerahkan dana Rp150 juta kepada tim sukses Andi Mallarangeng melalui Rosa yang berpura-pura sebagai pengusaha.

’’Saya tidak pernah meminta itu (uang). Kalau memang ada tim sukses saya ada menerima, saya ingin tahu siapa, di mana, kapan uang itu diberikan,’’ ujar Andi.

Penasihat hukum Nazar, Hotman Paris Hutapea, tak kehabisan akal untuk menjebak Andi. Salah satunya, dia mengisahkan ’’kekalahannya’’ dari Choel Mallarangeng dalam pembelian tunai sebuah mobil Ferrari.

Hotman batal membeli mobil sport produk Italia seharga Rp 6 miliar itu karena keburu dibeli adik kandung Andi Mallarangeng, Choel.

’’Harusnya Ferrari di Pondok Indah itu untuk Hotman Paris. Tapi karena aku tidak punya uang tunai, dibeli oleh Choel,’’ kata Hotman kepada Andi Malarangeng.

Hotman menghubungkan pembelian mobil Ferrari oleh Choel ini dengan kesaksian terpidana kasus suap proyek Wisma Atlet, Mindo Rosalina Manullang. Rosa pernah mengungkapkan bahwa Choel kebagian dana senilai Rp 20 miliar dari proyek Hambalang.

Menanggapi cerita Hotman, Andi mengatakan bahwa dirinya tak tahu persis apa saja mobil yang dimiliki Choel. Andi mengaku pernah bertanya kepada adiknya tentang ’’jatah’’ dari Rosa tersebut dan Choel membantah.

“Saya tanya ke dia (Choel), sempat ditawari (uang), tapi ditolak,” ujar Andi.

Dalam sidang kemarin, tidak biasanya terdakwa Nazaruddin diam alias tidak membantah pernyataan saksi yang dihadirkan jaksa penuntut umum di persidangan. Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu mengiyakan keterangan yang disampaikan Andi.

“Saya tidak keberatan tentang tanggapan saudara (Andi Mallarangeng) Yang Mulia,” kata Nazar.

Nazar menilai, keterangan Andi sesuai dengan fakta yang terjadi. Ia menegaskan, tidak ada pembahasan soal proyek Wisma Atlet dalam pertemuan di kantor Menpora pada Januari 2010.

“Karena memang dalam pertemuan saya dengan saudara saksi tidak pernah berbicara soal Wisma Atlet. Tidak pernah sekali pun saya minta Wisma Atlet supaya dimenangkan perusahaan saya atau teman saya,” kata Nazaruddin.

Sementara itu, permohonan tim kuasa hukum Nazar untuk mengkronfrontasi Mindo Rosalina dan Angelina ’’Angie’’ Sondakh akhirnya dikabulkan majelis hakim. Kedua saksi akan dikonfrontasi dalam sidang lanjutan Nazar Rabu (29/2) pekan depan.

’’Silakan penuntut umum menindaklanjuti pemanggilan sidang kembali terhadap Angelina Sondakh dan Mindo Rosalina,’’ kata ketua majelis hakim Dharmawati Ningsih sebelum menutup persidangan.

Andi Mallarangeng terlihat menghela napas dan langsung bangkit dari duduknya begitu sidang ditutup. Satu persatu, hakim dia salami. Saat itu, Andi melirik ke arah tempat duduk Nazar dan kuasa hukumnya, Hotman Paris dan Elza Syarief.

Menangkap bahasa tubuh Andi, Hotman pun melontarkan celetukannya, agar pria yang menjabat Menpora itu juga menyalami Nazaruddin. “Sama yang sini salaman juga dong,” kata Hotman. Andi tersenyum mendengar celetukan Hotman. Usai menyalami lima hakim, Andi menghampiri meja jaksa KPK. Satu persatu jaksa disalaminya.

Usai menyalami jaksa, Andi baru menghampiri meja Nazar. Nazar tersenyum dan mengulurkan tangan lebih dulu. Andi menyambut uluran tangan itu. Ketika bersalaman, bahasa tubuh Nazar seperti hendak memeluk Andi. Namun rupanya, Andi seperti menahan keinginan Nazar. Tangan kiri Andi bergerak lebih dulu ke pundak Nazar seolah menahan.

Keduanya terlibat basa-basi beberapa menit. Sikap Andi yang mencoba tak terlalu akrab dengan Nazar bisa dimaklumi, karena dia merupakan tokoh teras di Partai Demokrat.

Usai menyalami Nazar, Andi kemudian menyalami deretan pengacara mulai dari Hotman, Elza, hingga Rufinus. Setelah itu Andi melangkah keluar ruangan sidang.