”Tapi, Heri Setyawan meninggal ketika masih bayi, sedangkan Heri Setyono diadopsi oleh warga Belanda 15 tahun yang lalu,” tutur anak pertama Maryati, Isman Budiarso (47), Senin (6/2).
Bagaimana keadaan Heri Setyono? Bapak lima anak itu mengatakan, keluarganya belum pernah mendapat kabar tentang keberadaan Heri yang kini memiliki nama Belanda, Heroo.
”Saya juga pernah berencana mencari dia melalui acara Termehek-mehek di televisi,” jelasnya.
Di sisi lain, kepastian bahwa Emilie Falk dan Lin Backlund merupakan anak kandung Maryati dan Radjiman, kian terang. Para tetangga yang menyaksikan proses kelahiran sang bayi membenarkan Maryati melahirkan bayi kembar pada 1983 di Kampung Delikrejo RT 9 RW 11, Kelurahan Lamper Tengah.
”Saya tahu persis saat melahirkan, Maryati dibantu dukun bayi bernama Mbah Surip.
Tapi Mbah Surip sudah meninggal,” tutur Poniyah (54), warga Kampung Delikrejo RT 9 RW 11, Kelurahan Tandang, saat ditemui di rumahnya, kemarin.
Hal yang sama disampaikan Sri Siyamsih (38). Saat itu, ibu dua anak tersebut masih berumur 10 tahun. Oleh ibunya, Andaniyah (55), ia diajak menjenguk bayi kembar perempuan di rumah Maryati yang letaknya di belakang rumah mereka.
”Saat syukuran kelahiran, bapak saya Wakiman yang kini sudah meninggal juga diundang. Dari bapak, saya tahu dua bayi kembar itu diberi nama Nur Khasanah dan Nur Hidayah,” ujarnya.
Dari segi ekonomi, Maryati dan keluarganya dapat dikatakan kekurangan. Rumah papan sederhana yang mereka tinggali hanya memiliki dua kamar. Maryati dan anak-anaknya tidur dengan dipan tingkat.
”Saat itu, Delikrejo masih ikut Kelurahan Lamper Tengah, tapi pada 2000-an ikut Kelurahan Tandang. Tapi entah kenapa, pada 1993 rumah itu dijual kepada Pak Alwi,” jelas Sri Siyamsih.
Saat ditemui, istri Alwi, Nur Sujana (54) menjelaskan, rumah Maryati dibeli kurang dari Rp 2 juta.
”Keluarga Maryati menjualnya karena terburu-buru,” ujarnya.
Anak kedua Maryati, Sri Nurhayati (49) menjelaskan, kehidupan yang serbakekurangan memaksa orang tuanya terpaksa menjual rumah mereka.
”Setelah ibu melahirkan bayi kembar, menurut para tetangga kondisi Nur Khasanah terlihat lemas. Nur Hidayah lebih sehat. Setelah seorang ibu yang mengaku berasal dari yayasan datang mengambil Nur Khasanah untuk diasuh, dua minggu kemudian ibu saya mengantar Nur Hidayah ke panti asuhan tempat Nur Khasanah tinggal di sana. Harapannya, mereka biar jadi satu,” papar Sri Nurhayati yang tinggal tidak jauh dari bekas rumah orang tuanya.
Meski sudah disatukan, ternyata bayi kembar itu akhirnya terpisah. Diduga itu terjadi karena mereka diadopsi dua keluarga berbeda.
Untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga, Nurhayati terpaksa berjualan gorengan sejak usia 13 tahun. Kepalanya pun menjadi botak karena harus menanggung beban dagangan di atas kepala dan berkeliling kampung setiap hari.
Ditemui terpisah, mantan Ketua RK 5 Kampung Tambak Dalam, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Genuk, Sugiarto (62) menjelaskan, sebelum pindah ke Kampung Delikrejo, Maryati dan Radjiman bersama anak-anaknya tinggal di Tambak Dalam RT 12 RK 5.
”Keluarga Maryati sering bergaul dengan masyarakat. Anak-anaknya juga kerap membantu membungkus es lilin di rumah kami. Tanah yang didirikan untuk bangunan sederhana dari papan itu milik adik kandung Maryati yang bernama Payem. Tapi sekarang dia sudah meninggal,” katanya.
Nurhayati menambahkan, kepindahan keluarganya ke Delikrejo sengaja dilakukan. Setiap hujan turun, luapan air Sungai Banjirkanal Timur selalu menggenangi rumahnya.
Kabar pertemuan dua perempuan kembar dengan nama Emilie Falk dan Lin Backlund pun didengar ibu tiga anak itu dari kerabatnya. Setelah melihat foto mereka, Nurhayati yakin kedua wanita itu adalah adik kandungnya.
" Tetangga Kaget Sekali Tidak Tahu "
Berita mengenai Maryati, Emilie Falk, dan Lin Backlund tiba-tiba menjadi perhatian khusus bagi warga RT 4 RW 1 Desa Klampok, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, terutama setelah mereka membaca Suara Merdeka edisi Senin (6/2) yang memberitakan penuturan Maryati.
”Saya kaget setelah membaca Suara Merdeka pagi ini (kemarin). Sebagai tetangga, saya malah tidak tahu kalau Bu Maryati memiliki anak kembar yang saat ini tinggal di luar negeri. Bayangan itu jauh dari benak saya, mengingat yang bersangkutan hidup sederhana di Klampok sejak tahun 1997,” kata Wakil Ketua RT 4, Hartono (35).
Menurut Hartono, selama ini dia hanya mengetahui bahwa Maryati pindahan dari Semarang dan memiliki sejumlah anak yang sudah berumah tangga. Mengenai Radjiman, warga mengetahui lelaki itu bekerja di Semarang dan hanya sesekali pulang ke Klampok.
”Untuk menambah penghasilan, Bu Maryati membuat kerajinan tas dari anyaman rotan sintetis. Maryati tinggal di sebuah rumah yang bersebelahan dengan anak pertamanya, Isman Budiarso,” jelasnya.
Soal kehidupan sosial, Hartono mengakui keluarga Maryati sangat baik dan berbaur dengan masyarakat seperti biasa. Bahkan Radjiman tidak pernah absen menghadiri pertemuan bulanan warga.
”Sebagai tetangga, saya tentu berharap keluarga Maryati dan kedua anaknya di Swedia segera bertemu. Bagaimanapun, perasaan dan ikatan batin ibu dan anak sangat kuat,” tuturnya.